Jumat, 06 Januari 2012

Jurnal Farmasi Free Download


Interaksi Obat



Interaksi obat adalah Perubahan efek dari suatu obat yang dapat terjadi apabila obat itu diberikan bersamaan dengan obat lain.

A.    Interaksi Farmakokinetika
1.      Perubahan Absorpsi GIT
a)      Perubahan PH
Contoh : antacid, H2 antagonist (Ranitidin, famotidin) meningkatkan PH sehingga jika digunakan bersamaan dengan tablet Ketoconazole (asam) maka akan terjadi penurunan dissolusi dari ketoconazole.
b)      Perubahan flora bakteri intestinal
Contoh : Digoksin yang digunakan bersamaan dengan antibiotik akan terjadi peningkatan konsentrasi digoksin dan peningkatan toksisitas. Karena antibiotik akan membunuh bakteri flora normal yang digunakan untuk mengurai digoksin.
c)      Chelat dalam bentuk kompleks
Contoh :
-          Tetrasiklin berinteraksi dengan preparat besi (sangobion) , maka tetrasiklin tidak berefek.
-          Tertrasiklin dengan susu (Ca2+), terjadi unabsorpable complex.
-          Antasid (Al atau Mg) hidroksida, maka terjadi penurunan absorbsi dari Ciprofloxacin membentuk kompleks sehingga susah diserap.
d)     Obat yang menginduksi mukosa (mukosa menjadi rusak)
Contoh : agen antineoplastic (Cyclophosphamide, Vincristine, Procarbazine) akan menghambat absorbsi dari digoksin.
e)      Perubahan Motilitas
Contoh : Metoklopramid ( antiemitic/ antimual) akan meningkatkan absorbsi dari Cyclosporine diikuti peningkatan pengosongan lambung sehingga mengakibatkan peningkatan toksisitas dari Cyclosporine.
f)       Ikatan protein yang dipindahkan
Contoh : ikatan protein tinggi Phenytoin (90%), Tolbutamide (96%), dan warfarin (99%) akan memindahkan agent Aspirin, sulfonamid, penilbutason.
g)      Perubahan metabolisme
Metabolisme obat yang utama terjadi di hati. Sitokrom P 450 merupakan enzim metabolisme terpenting di fase 1 ( proses oksidasi).

Soal Biofarmasetika 2

  Dari percobaan absorpsi transdermal secara in vitro dengan volume kompartemen donor 3 ml, volume kompartemen reseptor 20 ml, kadar obat awal di kompartemen donor 1000 mikrogram/ml, volume pengambilan sample 3 ml,  luas permukaan membran yang digunakan 2 cm2, tebal membran 0,1 cm, koefisien partisi obat 0,9 untuk prometazin  dan diperoleh data sebagai berikut :

Waktu
Sampling
(menit)
Jumlah kumulatif prometazin (μg/cm2) dalam medium reseptor

df
Harga r utk der. Kepercayaan 95%
     
5
10
15
25
35
45


2,19
3,61
5,41
7,02
9,03
13,12


1
2
3
4
5
6

0,997
0,950
0,878
0,811
0,754
0,707
  Dari tabel di atas :

a. tentukan fase non steady state dan steady statenya

b. tentukan fluks obat tersebut

c. tentukan permeabilitasnya

d. tentukan koefisien difusinya

e. tentukan lag timenya

f. Tentukan efisiensi transpornya

g. bila akan dibuat patch dan diketahui rentang kadar prometazin dalam darah 100-150 mikrogram/ml dan Cl totalnya 50 ml/jam, maka tentukan ukuran minimal dari patch.


CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB) 2009


Industri Farmasi wajib menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. CPOB pertama keluar pada 1988. Pada 1989, Petunjuk Operasional Penerapan CPOB diterbitkan agar pedoman tersebut dapat diterapkan secara efektif di industri farmasi. Dalam perkembangannya, CPOB 1988 direvisi pada 2001. Ini sesuai filosofi nya, CPOB merupakan dokumen yang bersifat dinamis dan akan berubah mengikuti perkembangan teknologi. Karena kedinamisan itu, CPOB tahun 2001 pun kembali direvisi di tahun 2006. CPOB yang sekarang merupakan adaptasi dari CPOB versi WHO dan versi PIC/S juga “International Codes of GMP” lain. 

Full Text
Download Link   http://www.scribd.com/doc/76425285

Awas,Bakteri Sudah Kebal Antibiotik

Kasus  resistensi bakteri terhadap antibiotika sudah terjadi. Bahkan beberapa bakteri mampu bertahan dari antibiotika yang dikonsumsi manusia.
Data menyebutkan, sebanyak 3.235 kasus yang dilaporkan di Jerman, 72 diantaranya menderita sindrom uremik hemolitik, penyakit yang mengancam jiwa karena mengancurkan ginjal dan sistem syaraf. Bakteri e.coli tersebut diidentifikasi sebagai E. Coli Enterohaemorhagic (EHEC) yang didalamnya mengandung gen yang kebal terhadap antibiotika.
Hal itu diungkapkan Prof. Dr. M. Kuswandi Tirtodiharjo, S.U., M.Phil., Apt., saat dikukuhkan dalam Jabatan Guru Besar pada Fakultas Farmasi UGM, Kamis (22/120 di Balai Senat Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
“Tahun 2010 menunjukkan bahwa 79% strain E.coli resisten terhadap ampisilin, sedang 30% strain resisten terhadap siprofloksasin. Pada tahun 1999-2000 di Amerika terjadi kasus sebanyak 43% infeksi S. aureus resisten terhadap metisilin,”terangnya.
Kuswandi menyampaikan bahwa bakteri memiliki gen resisten dari hewan. Sebagian besar pemakaian antibiotika justru bukan untuk mengobati penyakit infeksi pada manusia, melainkan untuk tujuan lain.
Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlama munculnya bakteri resisten terhadap antibiotika. “Beberapa diantaranya adalah mengontrol pasien terinfeksi dan memonitor pemakaian natibiotika, pengawasan pemakaian antibiotika di bidang pertanian dan peternakan,”ujarnya.
sumber : TRIBUNNEWS, Sleman

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAGING DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera, L) SEBAGAI LAKSATIF

Latar Belakang
Indonesia sangat kaya akan hasil bumi khususnya tanaman obat yang jumlahnya sangat banyak, maka penelitian-penelitian yang mengarah tanaman obat yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan obat tradisional yang dibuat dalam bentuk dan kemasan yang menarik. Obat tradisional sudah diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya baik dari segi proses pembuatannya maupun dari segi bentuk sediaannya. Dampak negatif penggunaan bahan sintesis menyebabkan kecenderungan masyarakat dewasa ini untuk kembali ke bahan alami. Kecenderungan ini meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan obat tradisional sebagai alternatif utama dalam pengobatan, pemeliharaan kesehatan, maupun kosmetik. 



Selanjutnya bisa di download di bawah ini
( Full Text )
Download Text

Narsizzz..... ^_^

You Love Me