Antibiotik merupakan salah satu penemuan terbesar manusia dalam memerangi penyakit. Jenis antibiotik pertama yaitu penisilin, ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928. Walaupun demikian, baru digunakan sebagai pengobatan sekitar tahun 1940an.
Fungsi antibiotik adalah membunuh bakteri. Oleh karena itu, golongan obat ini digunakan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti kencing nanah, diare, batuk, tuberkulosis, infeksi kulit, infeksi mata, dan lain sebagainya.
Golongan antibiotik banyak ragamnya. Ada golongan beta-laktam (penisilin, amoksisilin, ampisilin, sefalosforin, dll), golongan quinolon (ciprofloksasin, ofloksasin, dll), golongan sulfonamid (kotrimoksazol, dll). Masih banyak golongan lainnya dan terus bertambah seiring dengan pencarian antibiotik baru.
Agar manjur, antibiotik harus dikonsumsi sesuai aturan, baik dari segi dosis maupun lamanya (biasanya 7 hari). Selain itu, pemilihan jenis antibiotik juga harus tepat dengan jenis penyakit. Jika tidak, maka akan timbul masalah yaitu efek samping dan resistensi. Resistensi adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bakteri sudah kebal terhadap antibiotik tertentu.
Di Indonesia, penggunaan antibiotik banyak yang tidak rasional. Misalnya, minum hanya satu hari dari tujuh hari yang seharusnya. Membeli antibiotik sendiri tanpa resep sehingga pengobatan tidak tepat sasaran. Hal ini dipicu karena mudahnya mendapatkan antibiotik dan kecenderungan pasien untuk mengobati dirinya sendiri (swamedikasi). Akibatnya banyak penyakit yang dulunya dapat disembuhkan dengan antibiotik, sekarang sudah membandel.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari mengobati sendiri dengan antibiotik. Selain itu, minumlah antibiotik yang diberikan dokter sesuai anjuran. Pasien juga harus melakukan kontrol terhadap dokter ketika memberikan antibiotik untuknya dengan banyak bertanya tentang mengapa harus menggunakan antibiotik, apa efek samping antibiotik tersebut, cara pemakaiannya, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar