KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang cerdas dan kreatif yang telah melimpahkan hidayah dan kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Farmasetika II “SUPPOSITORIA” tepat pada waktunya dan dengan sebaik-baiknya.
Dengan segala ketulusan dan keikhlasan hati, dalam kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Nur Rasdianah S.Si, M.Si, Apt dan para asisten yang tidak dapat disebut namanya satu per satu, Yang telah tulus ikhlas memberikan arahan dan bimbingan serta bantuan, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Namun seperti kata pepatah, “Tak ada gading, yang tak retak”. Maka begitu pula dengan isi dari laporan ini, tak sesempurna yang diperkirakan. Oleh karena itu, kami berharap atas kritik dan saran dari pembaca sekalian. Dan tentu saja, harapan kami yang terakhir yaitu semoga dapat bermanfaat banyak bagi para pembaca yang telah membaca isi laporan ini.
Gorontalo, Desember 2010
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Suppositoria adalah sediaan padat berbentuk torpedo yang digunakan melalui anus dan dapat larut pada suhu tubuh. Bahan dasar untuk pembuatan suppositoria adalah lemak cokelat, P.E.G., serta gelatin. Macam basis supositoria yaitu basis yang berupa lemak, basis yang larut dalam air, dan basis yang dapat membentuk emulsi. Penggunaan suppositoria biasanya digunakan pada penderita wasir (ambeien) maupun pada penderita dalam kondisi tidak sadar (non-kooperatif) yang membutuhkan pertolongan segera.
1.2 Rumusan Masalah
A.
I.2 Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami apa pengertian dari suppositoria, bagaimana bentuk dari suppositoria, serta cara kerja pembuatan suppositoria.
I.3 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian suppositoria.
2. Mengetahui jenis suppositoria.
3. Mengetahui waktu dan cara pakai suppositoria,
4. Mengetahui cara pembuatan suppositoria, cara penyimpanan, serta macam basis yang digunakan dalam pembuatan suppositoria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut FI III Suppositoria adalah Sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Dan efek yang ditimbulkan adalah efek sistemik atau lokal. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Semakin pendek waktu melarut/mencair semakin baik, karena efektivitas obat semakin baik.
Bahan dasar yang sering digunakan adalah Lemak Coklat(Oleum Cacao), PEG(Polyetilenglikol) atau Lemak Tengkawang(Oleum Shoreae) atau gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak kecil. Umumnya memiliki panjang 32 mm, berbentuk silinder, dan kedua ujungnya tajam,. Sedangkan untuk bayi dan anak-anak ukurannya ½ dari ukuran dan berat untuk orang dewasa.
Suppositoria umumnya dimasukkan melalui rectum, vagina, kadang-kadang melalui saluran urin dan jarang melalui hidung dan telinga. Bentuk suppositoria seperti peluru, torpedo, atau jari-jari kecil, tergantung bobot jenis bahan dan basis yang digunakan. Suppositoria untuk Vagina(Persarium) biasanya berbentuk lonjong atau seperti kerucut. Suppositoria untuk saluran urin pria(Bougie) bentuknya ramping seperti pensil, dimasukkan kedalam saluran urin pria. Suppositoria untuk hidung dan telinga bentuknya kerucut telinga, keduanya mempunyai bentuk yang sama dengan suppositoria saluran urin, hanya ukuran panjangnya lebih kecil yaitu 32 mm dan basisnya Gliserin.
Keuntungan Suppositoria antara lain:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Langsung dapat masuk ke saluran pembuluh darah sehingga memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan obat per oral
4. Mudah digunakan pada pasien yang mudah muntah dan tidak sadar atau pingsan
5. Obat ditujukkan untuk efek local
6. Menghindari biotransformasi hati/ sirkulasi portal
Kerugian Suppositoria antara lain:
1. Cara pakainya tidak menyenangkan
2. Absorpsi obat seringkali tidak teratur/ sukar diramalkan
3. Tidak dapat disimpan pada suhu ruangan
4. Tidak semua obat dibuat suppositoria
Aksi Lokal dan Sistemik Suppositoria:
è Aksi Lokal Suppositoria:
- Begitu dimasukkan basis suppositoria harus meleleh, melunak atau melarut menyebarkan zat aktif yang dibawanya ke jaringan-jaringan di daerah tertentu.
- Obat dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang tersebut untuk efek local atau juga bias diabsorpsi untuk mendapat efek sistemik.
- Suppositoria rectal dimaksudkan untuk kerja local dan paling sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi(Sembelit) dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal dan radang sehubungan dengan penyakit wasir dan kondisi anarektal lainnya.
- Suppositoria anti wasir umum mengandung sejumlah zat, termasuk anestetik local, vasokontriktor, astringen, analgesic, pelunak yang menyejukkan, serta pelindung.
- Suppositoria vaginal tujuan untuk antiseptic
- Suppositoria pencahar(Laksatif) umumnya suppositoria gliserin, menyebabkan laksasi karena iritasi local dari membrane mukosa, kemungkinan besar dengan efek dehidrasi gliserin pada membrane itu.
- Umumnya zat aktifnya adalah trikomonosida untuk memerangi vaginitis yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis, candida.
- Suppositoria uretra untuk anti bakteri dan sediaan anastetik local untuk pengujian uretral.
è Aksi Sistemik Suppositoria :
- Obat yang dibuat dari suppositoria lebih efektif, karena tidak akan merusak lambung
- Obat-obat yang digunakan melalui rectum dalam suppositoria:
1. Aminoffilin dan Teofilin dipakai untuk menghilangkan asma
2. Proklorperazin dan Klorpromazin untuk menghilangkan rasa mual dan muntah, juga penenang
3. Kloralhidrat untuk hipnotik sedative
4. Oksimorfin untuk analgesic narkotik
5. Belladonna dan Opium untuk efek spasmodic dan analgesic
6. Ergotamine tartrat untuk meringankan gejala migrant
7. Aspirin untuk aktifitas antipiretik dan analkgesik
Waktu dan Cara Pakai Suppositoria yaitu:
v Waktu
- Sesudah decaktio untuk suppositoria analia
- Pada waktu malam hari
v Cara Pakai
- Pertama-tama cucilah tangan terlebih dahulu
- Dibuka bungkus Aluminium foil dan lunakkan suppositoria dengan air
- Berbaring miringlah dengan tungkai yang dibawah lurus, dan yang diatas ditekuk
- Masukkan suppositoria ke dalam anus dengan menggunakan jari kira-kira 2 cm dan terus berbaring selama 15 menit
- Cucilah tangan setelah memasukkan suppositoria
Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:
1. Suppositoria rectal : suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang
2 g ( anonim, 1995). Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ).
2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai “pessarium” .
( Anonim,1995; Ansel, 2005).
3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut “bougie”. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).
4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga “kerucut telinga”, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).
1. Suppositoria rectal : suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang
2 g ( anonim, 1995). Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ).
2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai “pessarium” .
( Anonim,1995; Ansel, 2005).
3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut “bougie”. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).
4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga “kerucut telinga”, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).
§ Basis supositoria yang ideal :
1. Telah mencapai kesetimbangan kristalinitas
2. Basis tidak toksis dan tidak mengiritasi jaringan
3. Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat
4. Tidak mempunyai bentuk metastabil
5. Menyusut secukupnya pada pendinginan
6. Basis tidak merangsang
7. Mempunyai sifat membasahi dan megemulsi
8. Stabil pada penyimpanan.
( Lachman,2008 : 1168 )
II.1.1 Pengertian
Ø Menurut Farmakope Indonesia Edisi Ketiga Suppositoria adalah Sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
Ø Menurut Farmakope Indonesia edisi ke Empat Suppositoria adalah Sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra.
Ø Menurut Formularium Nasional Suppositoria adalah Sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada suhuntubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam rectum, berbentuk sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Dan Bahan
1. Alat
Alu dan lumpang Batang pengaduk
Cawan porselen pencetak suppositoria
Water bath
2. Bahan
Aminophillin Oleum cacao
Cetaceum
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan Alat dan Bahan
2. Ditimbang Aminophillin 7,5 g , Cetaceum 25 mg, Oleum cacao 38,55 mg.
3. Dilebur Oleum cacao bersama dengan Cetaceum 25 mg pada suhu 60º C aduk hingga homogeny.
4. Oleum cacao digerus dengan Aminihilin hingga homogeny.
5. Campuran Oleum cacao dengan Aminophillin diemulsikan dalam basis yang telah dilebur, aduk hingga homogeny.
6. Dimasukkan pada cetakannya.
7. Diberi Etiket.
8. Dimasukkan pada lemari Es dengaan suhu < 15º C.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Resep Lengkap
Dr. Meike.Abdul No.Izin Praktek: 460/X/POM/2010 Jl. Kancil.No.16. Kota Gorontalo Telp. 0435-887655 Gorontalo, 20/11/10 R/ Aminophillin 0,5 Ol. Cacao q.s Cetaceum 5 % m.f suppo dtd No I s. uc Pro: Kumbang (15 tahun) |
IV.2 Indikasi Resep
Digunakan sebagai Bronchodilator (Pelepasan Kejang)
IV.3 Farmakologi Zat Aktif
Bronchodilator adalah pelepasan kejang dan bronchodilatasi dapat dicapai dengan cara merangsang system kolinergis dan antiadrenergik juga dengan teofilin. Reabsorpsi obat diusus sangat buruk dan tidak teratur, sebaliknya digunakan sebagai sediaan substainel yang memberikan konstan dengan kadar dalam darah yang lebih teratur. (Obat-obat Penting: 613)
IV.4 alasan Penambahan Jumlah Excipient
F Oleum Cacao
Oleum Cacao berdaya guna dalam melepaskan obatnya daripada yang lain dan melebur cepat pada suhu tubuh. Obat yang larut dalam air yang dicampur dengan oleum cacao, pada umumnya member hasil pelepasan yang baik. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: 581)
F Cetaceum
Berguna dalam mengeluarkan bahan obat pada penyimpanan dan membantu proses melunakkan kembali pada pemakaian setelah masuk ke dalam rectum. (Excipient: 528)
S Catatan: Jumlah yang digunakan yaitu 5% dari bobot oleum cacao, karena apabila <4%, maka akan menurunkan titik lebur oleum cacao. (Ilmu Meracik Obat: 158)
IV.5 Incomptibility
Tidak income.
IV.6 Uraian Bahan
v Aminofillin (FI III: 82)
1. Nama Latin : AMINOPHYLLINUM
2. Sinonim : Aminofillin, Teofilin, Chilendramida
3. Rumus Struktur :
4. Rumus Molekul : C16H24N10O4
5. Pemerian : Butir atau serbuk, putih agak kekuningan, bau lemah mirip aromatic, rasa pahit.
6. Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin menjadi keruh, praktis tidak larut etanol dan dalam eter.
7. Kegunaan Dan Khasiat : Bronkodilator
8. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
9. DM : 500mg/1,5gr
v Oleum Cacao (FI III: 453)
1. Nama Latin : OLEUM CACAO
2. Sinonim : Lemak Coklat
3. Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa khas lemah, agak rapuh
4. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam etanol, dalam eter dan dalam eter minya tanah.
5. Khasiat Dan Kegunaan : Sebagai zat tambahan (Basis suppositoria)
6. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
v Cetaceum (FI III: 142)
1. Nama Latin : CETACEUM
2. Sinonim : Setaseum, spermaceati
3. Pemerian : Massa hablur, bening, licin, putih mutiara, bau rasa lemah
4. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam etanol, larut dalam 20 bagian etanol mendidih, dalam kloroform, dan dalam eter karbondisulfida, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri
5. Khasiat dan kegunaan : Zat Tambahan
6. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
IV.7 Perhitungan Dosis
· Aminofillin: DM= 500/1500mg
Untuk Usia 15 tahun
- Sekali= × 500mg= 375 mg
- Sehari= × 1500mg= 1125 mg
2 × pakai = 2 × 500 mg= 1000 mg
% = mg × 100% = 88,89%
IV.8 Perhitungan Bahan
· Aminofillin : 0,5 gr
Nilai Tukar: 0,86
· Cetaceum : 5%= 5/100 × 0,5 gr
= 0,025gr= 25mg
· Aminofillin untuk 15= 15 × 0,5gr= 7,5 gr
Bobot Suppo= 3 gr × 15= 45 gr
· Nilai untuk Aminofillin= 0,86 × 7,5 gr= 6,45gr
· Oleum cacao= 3 gr – 6,43 gr
= 38,55 gr
BAB V
PENUTUP
V. 1 Simpulan
1. Suppositoria adalah Sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
2. Jenis-jenis Suppositoria:
· Suppositoria Vagina (Persarium)
· Suppositoria Saluran Urine
· Suppositoria untuk Hidung dan Telinga
· Suppositoria Rektal
3. Waktu dan Cara Pakai suppositoria
· Waktu
- Sesudah decaktio untuk suppositoria analia
- Pada waktu malam hari
· Cara Pakai
- Pertama-tama cucilah tangan terlebih dahulu
- Dibuka bungkus Aluminium foil dan lunakkan suppositoria dengan air
- Berbaring miringlah dengan tungkai yang dibawah lurus, dan yang diatas ditekuk
- Masukkan suppositoria ke dalam anus dengan menggunakan jari kira-kira 2 cm dan terus berbaring selama 15 menit
- Cucilah tangan setelah memasukkan suppositoria.
V.2 Saran
§ 1. Dalam melakukan praktikum kita harus meguasai materi percobaan yang akan dipraktikumkan, dan kita juga harus banyak membaca dari berbagai referensi agar ilmu yang kita dapat tidak hanya terbatas dimateri itu saja.
§ Pada percobaan ini alat-alat dan bahan yang digunakan masih belum lengkap, mohon dapat dilengkapi agar praktikum pun berjalan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ansel,Howard. C . 2005, pengantar bentuk sediaan farmasi, edisi IV, University indonesia ; jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI, 1975, Farmakope Indonesia, edisi III, Direktorat jendral, BPOM.
3. Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Direktorat jendral, BPOM.
4. http://pharmacistmuslim.blogspot.com/2010/01/laporan-granulasi-basah-tablet-antalgin.html
5. Kibbe, H. Arthur. 2000. Handbookk of Pharmaceutical Excipient. Amerika : Pharmaceutical. Press.
6. Lachman, Leon.2008.Teori dan praktek farmasi industry jilid 2. Jakarta.Universitas Indonesia Press.
7. Syamsuni.2005.Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit buku kedoktean.
8. Tjay, T.H.2002.Obat-obat penting. Jakarta : Alex Media Computindo
LAMPIRAN
1.
Suppo |
APOTEK PERMATA Jl. Aloe Saboe Apoteker : Robert Tungadi S.Si,M.Si,Apt Gorontalo, 23/11/10 No. 01 Nama: Kumbang (15Tahun) Pemakaian Diketahui |
2. Hasil suppositoria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar