Sabtu, 12 Mei 2012

KAITAN FORMULASI DENGAN PARAMETER KUALITAS OBAT


Yang Termasuk Parameter Kualitas Obat, antara lain:
  1. Keamanan (Safety)
  2. Kemanjuran (Efficacy)
  3. Kestabilan (Durability)
  4. Keajegan / Ketersediaan di pasaran (Reliability)
  5. Kemudahan penggunaan (Easybility)
  6. Kenyamanan pemakaian (Comfortability)


1. KAITAN FORMULASI DENGAN KEAMANAN (Safety):

Pada dasarnya senyawa-senyawa obat adalah racun. Efek racun obat dapat muncul disebabkan oleh dosis yang berlebih, atau dosis yang kurang (dalam kasus resistensi antibiotika), hasil metabolit obat dalam tubuh (akibat rute pemberian yang digunakan), hasil interaksi zat aktif obat dengan eksipien atau efek racun yang muncul akibat ketidakstabilan bahan aktif obat selama proses pembuatan.
Dalam formulasi dosis harus dihitung dengan cermat. Dosis dalam satuan sediaan harus mempertimbangkan dosis bahan baku zat aktif obat, rentang berat satuan sediaan (misal rentang berat tablet 500 mg  5%). Tujuannya adalah agar diperoleh dosis yang tepat, tidak berlebih (berbahaya pada obat dengn jendela terapi yang sempit) dan juga tidak kurang (resiko resistensi pada antibiotik). Kepentingan penghitungan dosis juga terlihat pada saat memformulasikan sediaan sustained/controlled release. Dosis satuannya harus dihitung berdasarkan dosis awal dan dosis pemeliharaan serta rentang waktu pemberian dosis berikutnya.
Dalam memformulasikan sediaan obat harus dipertimbangkan juga adanya hasil metabolit yang toksik yang terjadi akibat rute pemberian yang digunakan. Misalkan pada rute pemberian secara oral suatu obat diuraikan oleh enzim pencernaan menjadi metabolit yang toksik, maka seharusnya obat tersebut tidak diformulasikan untuk pemakaian oral, tetapi melalui rute lain bila memungkinkan.
Interaksi bahan aktif obat dengan eksipien yang digunakan dalam pembuatan sediaan yang menghasilkan efek toksik juga harus menjadi pertimbangan dalam memformulasikan suatu sediaan karena hal ini menyangkut keamanan pemakai.
Faktor ancaman terhadap keamanan pemakai obat yang berhubungan dengan proses pembuatan misalnya adalah pada pencetakan tablet suatu antibiotik yang merupakan polimorf, dimana bentuk kristal yang tidak aktif farmakologis dapat muncul selama pencetakan tablet. Hal ini mengurangi aktivitas farmakologi antibiotik tersebut yang kemungkinan dapat memicu terjadinya resistensi. Apalagi bila akibat pencetakan yang terjdi adalah bentuk kristal yang aktif farmakologis tapi toksik.Untuk itu sebaiknya antibiotika tersebut tidak diformulasikan menjadi bentuk tablet melainkan dapat diganti menjadi kapsul.
Contoh lain kaitan formulasi dengan keamanan adalah larutan injeksi harus dibuat isotoni dan bebas pirogen. Bila larutan hipotoni harus ditambahkan zat pengisotoni, dan agar bebas pirogen dilakukan sterilisasi dengan metoda yang sesuai.
Obat tetes mata yang ‘multiple dose’ pada formulasinya harus dimasukkan komponen pengawet, karena penggunaan ‘multiple dose’ selama penyimpanan kemungkinan terkontaminasi bakteri, sehingga bila diteteskan ke mata akan menyebabkan infeksi, jadi harus ditambahkan pengawet yang sesuai.

2. KAITAN FORMULASI DENGAN KEMANJURAN (Efficacy):

Obat secara umum ditujukan untuk mengobati penyakit atau mengatasi kelainan fisiologis tubuh, karena itu yang diharapkan tujuan tersebut tercapai setelah minum obat selama beberapa waktu tertentu. Agar tujuan tersebut tercapai maka bahan aktif obat dalam sediaan obat yang digunakan oleh konsumen harus dapat mencapai tempat kerja obat di dalam tubuh dalam jumlah yang efektif dan obat bertahan di situ sampai pelepasan obat tuntas, baru kemudian terjadi eliminasi obat dari tubuh.
Karena itu formulasi bentuk sediaan obat harus mengusahakan agar obat yang dibuat dan dikonsumsi melalui rute yang sesuai untuk bentuk sediaannya dapat mencapai tempat kerjanya dalam jumlah yang efektif, dan bertahan di tempat kerja sampai pelepasan obat sempurna sebelum akhirnya obat dieliminasi dari tubuh.

3. KAITAN FORMULASI DENGAN KESTABILAN (Durability):

Bahan aktif obat umumnya didisain menjadi bentuk sediaan, proses produksinya umumnya dilakukan oleh industri pembuat obat. Dari bahan aktif obat, diproduksi, dikemas, didistribusikan ke pasar hingga akhirnya sampai ke konsumen untuk digunakan memerlukan waktu yang cukup lama. Karena itu dalam memformulasikan suatu bentuk sediaan obat harus dipertimbangkan stabilitas bahan aktif obat, juga eksipiennya, agar sediaan obat tetap bertahan memiliki efek farmakologis sampai batas waktu penggunaannya. Studi stabilitas bahan aktif yang harus dilakukan dalam memformulasikan suatu sediaan obat antara lain stabilitas terhadap okidasi, fotolisis, hidrolisis, panas atau suhu pada saat penyimpanan dan transportasi obat, dan stabilitas selama berantaraksi dengan eksipien .

4. KAITAN FORMULASI DENGAN KEAJEGAN/ Ketersediaan di pasaran (Reliability):

Keajegan yang dimaksud di sini adalah keajegan pasokan di pasaran yang terkait dengan aktivitas memformulasikan suatu sediaan. Sediaan obat umumnya diproduksi dalam skala besar di industri farmasi. Bahan baku obat di Indonesia saat ini banyak yang sudah merupakan produksi lokal, tetapi banyak juga yang masih impor. Dalam membuat formula sediaan dalam hal ini harus mempertimbangkan pemilihan bahan baku zat aktif dan eksipien yang mudah diperoleh di pasaran karena pasokan dari pembuat bahan baku lancar. Terutama untuk bahan baku yang harus diimpor. Karena itu dalam pengembangan formulasi perlu dicoba beberapa formula yang menggunakan bahan baku yang berasal dari beberapa pabrik yang berbeda, kemudian sediaan jadinya diuji penampilan fisik, uji yang berhubungan dengan bentuk sediaan yang dibuat, uji ketersediaan hayati, dan stabilitasnya. Dari beberapa formula yang menghasilkan sediaan yang baik pada skala produksi semestinya dipilih formula yang pasokan bahan bakunya lancar agar setiap saat pasar menghendaki sediaan itu dapat ajeg diproduksi.

5. KAITAN FORMULASI DENGAN KEMUDAHAN PENGGUNAAN (Easybility):

Pada masa kini formulasi sediaan farmasi tidak hanya ditujukan untuk membuat sediaan yang dianggap konvensional tetapi diarahkan untuk membuat sistem penyampaian obat (drug delivery sistem) agar tujuan pengobatan tercapai. Salah satu pertimbangan yang digunakan dalam pengembangan sistem penyampaian obat adalah kemudahan penggunaan bagi pasien. Contohnya adalah formulasi sediaan ‘oral sustained/controlled release’ tujuannya antara lain agas mengurangi frekuensi penggunaan obat yang biasanya tiga kali sehari menjadi satu kali sehari. Contoh lain adalah pengembangan obat-obat anti TBC yang sekarang dikembangkan menjadi FDC Tablet (fixed dose composition tablet) yang dapat terdiri dari 2,3 atau 4 komponen obat anti TBC yang diformulasikan dalam satu tablet. Hal ini ditujukan agar pasien tidak repot setiap kali harus meminum 2-4 obat sekaligus, dan hal ini juga bermanfaat agar kepatuhan pasien dalam meminum obat terjaga. Perkembangan Transdermal Drug Delivery System sekarang ini antara lain juga dengan mempertimbangkan agar pemakaiannya bagi pasien menjadi lebih mudah.

6. KAITAN FORMULASI DENGAN KENYAMANAN PENGGUNAAN (Comfortability):

Hal ini merupakan hal klasik yang menjadi pertimbangan dalam memformulasikan sediaan farmasi. Untuk sediaan pemberian oral agar pasien / konsumen (terutama segmen anak-anak) merasa nyaman menggunakan maka perlu ditambahkan ‘flavouring agents’ selama penembahannya tidak mempengaruhi kerja dan stabilitas bahan aktif obat. Untuk menutup bau dan rasa yang pahit pada sediaan oral padat maka diformulasikan dalam bentuk kapsul atau tablet bersalut. Untuk menghindari efek samping iritasi lambung dapat diformulasikan bahan aktif obat bersama-sama dengan bahan aktif yang dapat mengatasi iritasi lambung. Formulasi obat-obat kontrasepsi berbentuk ‘patch’ ditujukan untuk mengganti bentuk susuk yang pemakaiannya lebih tidak nyaman bagi pasien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Narsizzz..... ^_^

You Love Me