Minggu, 26 Desember 2010

Efek Obat ?


Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Ada berbagai macam efek obat, antara lain :

1. Efek yang diinginkan = Efek terapeutik, obat memang dapat menyembuhkan, tetapi tidak semua obat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejalanya. Karena itu dapat dibedakan tiga jenis pengoatan, yaitu :
  • terapi kausal : disini obat bekerja dengan cara meniadakan penyebab penyakit, misalnya pemusnahan kuman, virus atau parasit.
  • terapi simptomatis : hanya gejala penyakit yang diobati dan diringankan, penyebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya kerusakan pada suatu organ atau saraf.
  • terapi subsitusi : disini obat berfungsi menggantikan zat yang lazimnya dibuat oleh organ yang sakit. Misalnya insulin pada diabetes, karena produksinya oleh pankreas kurang atau terhenti.
2. Efek yang tidak diinginkan,
  • Efek samping : adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan, misalnya rasa mual pada penggunaan digoksin, rasa kantuk pada penggunaan CTM.
  • Idiosinkrasi : peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang secara kualitatif berlainan dari efek normalnya. Umumnya hal ini disebabkan oleh kelainan genetis pada pasien bersangkutan.
  • Alergi : reaksi antara obat dengan tubuh yang membentuk antibodi sehingga seseorang menjadi hipersensitifitas terhadap obat tersebut.
  • Fotosensitasi : adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat penggunaan obat, terutama secara lokal.
3. Efek Toksis = racun, setiap obat dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan efek toksis. Pada umumnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis: bila dosis diturunkan, efek toksis dapat dikurangi.
blog.pharmacy-science.com/farmakologi/efek-obat.html
Resistensi adalah bagian dari proses evolusi: adaptasi jasad pada kondisi lingkungan yang di(ber)ubahpopulasi serangga polimorfik terekspose insektisida, individu rentan terbunuh, sedang yang resisten lulus hidupreproduksi menghasilkan populasi resisten. Ini terjadi berulang-ulang (menerima aplikasi insektisida berulang-ulang/terus menerus). Tipe-tipe insektisida yang mengawali proses ini pada akhirnya kehilangan efisiensi. Polanya adalah periode laten selama beberapa generasi sementara resistensi sedang berkembang--sampai akhirnya meningkat dengan cepat. Gen resisten dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Faktor-faktor yang mempercepat timbulnya resistensi adalah perkembangbiakan yang cepat/jasad hidup mobil/tekanan seleksi tinggi (kematian 80-90%)/insektisida yang persisten.
Resistensi silang: resistensi yang disebabkan oleh suatu jenis/golongan insektisida, meluas ke jenis insektisida yang lain.
Resistensi ganda: resistensi suatu strain tunggal terhadap beberapa jenis insektisida yang berbeda.
Resistensi timbul pada semua spesies tetapi paling nampak pada hewan-hewan rendah. Resistensi juga terjadi pada segala jenis preparasi (insektisida mikrobia, khemosterilan, atraktan, repellen, hormon), asal preparasi ini menyebabkan tekanan seleksi tinggi pada populasi, resistensi pasti muncul. Serangga yang mula pertama mengalami resistensi al. kutu San Jose terhadap sulfur (1908), kutu hitam terhadap HCN (1912), ngengat "coddling" terhadap timbal arsenat (1928), lalat rumah dan nyamuk terhadap DDT (1946-47). Saat ini lebih dari 250 species telah resisten terhadap satu atau beberapa jenis insektisida; bahkan terdapat serangga-serangga yang resisten terhadap semua jenis insektisida komersial.
Penghitungan resistensi secara laboratoris dilakukan dengan membandingkan rerata kerentanan (LD50) populasi resisten (R) dengan populasi rentan (S). Harus diperhatikan benar pilihan kondisi eksperimental dalam hubungannya dengan faktor resistensi yang hendak ditentukan (mis. penetrasi, reaksi detoksikasi), misalnya penggunaan inhibitor spesifik (MFO-senyawa metilendioksifenil, karboksiesterase dan karboksilamidase--EPN, DEF)
Mekanisme resistensi--umumnya merupakan gabungan faktor-faktor penyebab (yaitu biokemis, fisiologis dan perilaku). Semakin spesifik suatu insektisida, semakin mudah terjadi resistensi.
Mekanisme biokemis:
Perubahan "action site" (target)
- Ensim yang berubah. Asetilkholinesterase serangga strain R mengalami resistensi terhadap OP atau karbamat karena menurunnya affinitas AChE terhadap inhibitor-inhibitornya (konstanta dissosiasinya meningkat), diukur sebagai laju penghambatan menyeluruh. Untuk paraoxon k1 strain S adalah 105/mol/menit, sementara untuk strain R adalah 102.
- Reseptor yang berubah. Perubahan pada situs pengenal konvulsan reseptor GABA-ionofor khlorida: siklodien berkhlor, resistensi silang dengan alpha siano piretroid.
- Metabolisme yang berubah
- DDT dehydrochlorinase, menghasilkan produk (DDE) yang tidak beracun. Dijumpai pada berbagai jaringan serangga resisten, sebagai pelindung terhadap akumulasi DDT. Banyak dikaji pada lalat rumah. Enzim juga terinduksi oleh siklodien, fungsinya yang lain tidak diketahui.
- MFO, dihambat oleh MDP. Diinduksi oleh karbamat, beberapa OP dan piretroid. Resistensi silang terhadap JH dan JHM.
- Hidrolase: fosfatase, menimbulkan resistensi terhadap fosfat; karboksilesterase, resistensi terhadap malathion; karboksilamidase, resistensi terhadap dimethoate. Kedua tipe resistensi ini dapat diatasi dengan EPN, fenil saligenin c-fosfat dan DEF.
- Glutathion S-transferase, peningkatan aktivitas enzym atau aras GSH. Lebih banyak mengubah 0,0-dimetilfosfat dibanding derivat-derivat alkil lain yang lebih tinggi. Tidak ada penghambatnya yang spesifik.
- Lintas situs pada suatu reseptor toksikan. Resistensi terhadap HCN dengan menggunakan flavoprotein yang tak sensitif terhadap HCN untuk menghindari oksidase sitokhrom yang peka terhadap HCN.
- Resistensi karena gen kdr (knock-down resistance). Resistensi terhadap DDT dan piretroid nonsian. Terdapat bukti-bukti elektrofisiologis. Mekanisme kdr bertindak pada tingkat neuron dengan cara menurunkan sensitivitas syaraf terhadap toksikan.
Mekanisme fisiologis: penurunan laju penetrasi melalui membran (mis. kutikula)mengurangi jumlah ikatan pada sasaranberubahnya simpanan dan meningkatnya eliminasi. Merupakan faktor yang kompleks dan berkaitan dengan faktor-faktor lain.
Mekanisme perilaku: ada serangga yang dapat memodifikasi perilakunya setelah perlakuan insektisida, misalnya nyamuk yang tidak lagi mau hinggap di dinding yang telah disemprot dengan DDT.
Pengelolaan resistensi, ada tiga cara:
--dengan penggunaan yang tak berlebihan (moderasi)
--dengan penggunaan sampai tak lagi mampu bersaing (saturasi)
--dengan gabungan berbagai cara:
- rotasi beberapa jenis insektisida
- menggunakan inhibitor
- menggunakan resistensi silang negatif
- PHT
- mengembangkan insektisida baru.
Resurjensi masih belum jelas mekanismenya. Pada pokoknya meningkatnya jumlah populasi hama setelah perlakuan insektisida. Dapat disebabkan karena:
- Terbunuhnya musuh alami hama yang bersangkutan sementara resistensi sudah mulai muncul
- Meningkatnya kepridian akibat penggunaan insektisida (masih merupakan hipotesis, belum ada bukti empirik)
Pengelolaan resurjensi dilakukan seperti halnya pada pengelolaan resistensi.
www.edmart.staff.ugm.ac.id/?satoewarna...2
· Apa itu Adiksi?
Diperbaharui terakhir: 0000-00-00
Adiksi berasal dari bahasa inggris Addiction. Adiksi sama dengan Kecanduan. Adiksi merupakan kondisi dimana seseorang sudah tidak lagi mempunyai kendali terhadap perilaku kecanduannya. Dalam konteks kecanduan narkoba, maka zat-nya bisa Heroin (putau), sabu, ganja, pills, dll. Dalam pendekatan yang lain, Adiksi merupakan Penyakit. Chronicle relapsing disease - ¬penyakit kronis yang gampang kambuh. Oleh sebab itu berdasarkan pendekatan ini, seseorang yang sudah berhasil berhenti menggunakan narkoba untuk periode waktu tertentu tidak dikatakan Sembuh, tetapi lebih sering dikatakan Pulih.

Jadi kalau ada orang yang ketahuan pakai ganja/putau/sabu, sudah pasti kecanduan? Belum tentu. Mungkin orang tersebut baru pertama kali pakai, mungkin dia baru coba-coba saja, tapi bisa juga dia sudah cukup sering menggunakan narkoba tapi masih bisa mengendalikannya, atau, ya memang dia sudah kecanduan.

Ada beberapa terminologi dalam menggambarkan proses perjalanan kecanduan. WHO membaginya dalam tahapan: Abstinent --> Experimental --> Occasional --> Regular --> Habitual --> Dependent. Sedangkan pendekatan yang lain menggambarkan proses tersebut sebagai berikut: mulai di tahap Pengguna --> Penyalahguna -->Kecanduan.

Kalau kita kembali pada penjelasan diatas, ada 2 hal yang paling membedakan antara seseorang yang sudah kecanduan dengan yang belum, yaitu: Masalah dan Kontrol. Orang yang sudah kecanduan, sama sekali tidak mempunyai kendali atas hidupnya. Seluruh aspek kehidupannya dikendalikan oleh narkoba. Mau makan pakai narkoba dulu, mau mandi pakai narkoba, mau sekolah/kerja pakai narkoba, mau tidur pakai narkoba, mau bersosialisasi pakai narkoba. Dia menggunakan narkoba hanya untuk menjadi ’normal’. Demikian juga dengan masalah dalam aspek kehidupannya. Masalah dengan uang, karena kebutuhan dan toleransi terhadap narkoba terus meningkat, prestasi menurun, masalah interpersonal, dengan keluarga, teman dan sebaya. Terlibat dengan situasi kriminal dan kecelakaan lalulintas juga merupakan hal umum ditemukan pada orang yang kecanduan narkoba. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Narsizzz..... ^_^

You Love Me