Minggu, 05 Desember 2010

RANCANGAN BENTUK SEDIAAN

§ Bentuk sediaan obat adalah sediaan yg mengandung satu atau bbrp zat berkhasiat, umumnya dimasukkan dlm satu vehiculum yg diperlukan utk formulasi, hingga didpt suatu prosuk (dgn dosis-unit, volume, serta sediaan yg diinginkan) yg siap utk diminum atau dipakai oleh penderita



§ Faktor-faktor bahan obat yang menentukan pemilihan bentuk sediaan :
1. Sifat fisiko-kimia bahan obat  
      a. Bahan obat higroskopis : cairan (solutio) → natrii bromidum
      b. Bahan obat tidak larut air : padat (pulveres, tablet, kapsul) cth asetosal, chloramfenicol, eritromisin,                   (hanya dalam hal khusus diberikan bentuk cairan dan suspensi)
      c. Bahan obat dirusak oleh getah lambung (→ injeksi), cth penicillin G dan adrenalin HCl
2. Hubungan aktivitas/struktur kimia obat (SAR), cth :
     a. Derivat barbiturat tiopental → injeksi
     b. Derivat fenobarbital → oral (tablet, kapsul, puyer)
3. Sifat farmakokinetik bahan obat
    Nitroglycerine, Isosorbide dinitros → tablet, sublingual
Cat : bioavailabilitas akan berkurang jika lewat hati

Bentuk sediaan yang paling stabil
Vitamin C → sediaan padat (tablet)
Cat : larut air tapi tidak stabil

Faktor-faktor penderita yang menentukan pemilihan bentuk sediaan obat :
Umur penderita
a. Anak balita oral sediaan cairan (solutio, suspensi, emulsi)
    oral sediaan padat (pulveres)
   Cat : Sediaan cair lebih gampang diminum daripada sediaan padat
   Sediaan tablet dan kapsul dihindari untuk anak kurang dari 5 tahun
b. Orang dewasa → oral sediaan padat lebih baik daripada sediaan cair, karena umumnya lebih stabil
    dalam penyimpanan
   Cat : larutan lebih cepat absorpsi daripada sediaan padat
 
Lokasi/bagian tubuh dimana obat harus bekerja
a. Efek lokal → solutio, mixtura, unguentum/creamy, pasta
b. Penyerapan/penetrasi obat melalui kulit → linimentum, unguentum, cream (dengan vehiculum tertentu)
c. Efek sistemik → injeksi
    sediaan cair oral
    sediaan padat rectal

Penggunaan oral lebih mudah dari rectal
Kecepatan dan lama kerja obat yang dikehendaki
a. Injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada sediaan oral atau per rektal, cth aminophylline.
    Injeksi > solutio > pulveres > kapsul
b. Obat yang “sustained release” (tablet/kapsul), bekerja lebih lama dari tablet/kapsul biasa.
    Pemberian obat cukup 1 atau 2 x sehari.

4. Keadaan umum penderita
    a. Penderita tida sadar → injeksi atau rectal
    b. Penderita masuk RS atau berobat jalan
    c. Tidak dapat diberikan secara oral karena hyper-emesis, post operasi saluran cerna → injeksi atau rectal

 5. Bentuk terapeutik obat yang optimal dan efek samping yg minimal bagi penderita
    a. Emetin HCl injeksi (≠ oral) Morfin HCL
    b. Vitamin C → tablet (≠ sediaan cair) 

6. Bentuk sediaan yang paling”enak/cocok” bagi penderita
    a. Obat sangat pahit, larut air → tablet, kapsul
        Kinin sulfas, kloramphenikol, antihistamin) → ≠ sediaan cair, hanya oral
    b. Bahan obat rasa amis → tablet, kapsul,…………
        Fe2+ Ferrosi sulfas
        Ferrosi chloridum
       Ferrosi carbonat

Bahan baku
- Hanya mengandung 1 zat berkhasiat murni
- Harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia
- Dapat diperoleh :
    a. Bahan alam → ekstrak → bahan baku
    b. Semi sintetis
    c. Sintetis (teknologi tinggi)
- Untuk Indonesia, > 90% diimport

Sediaan farmasi
- Tercantum di buku-buku spesialit obat
- Diresepkan dokter saat ini
- Data klinis lengkap

Kesimpulan :
Perlu pengembangan obat tradisional menjadi obat Fitofarmako
Perlu diintensifkan resep dokter obat Fitofaramako yang terbukti khasiatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Narsizzz..... ^_^

You Love Me